11.8 C
New York
April 21, 2025
Kolom

Menggugah Guru Melejitkan Petarung Prestasi

Students raised up hands green chalk board in classroom
Iluѕtrаѕі: Gеttу Imаgеѕ/іStосkрhоtо

Jаkаrtа – Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis data, sebanyak 108 prestasi tingkat internasional ditorehkan pelajar Indonesia sepanjang 2023. Mulai ajang olahraga, seni, debat, olimpiade sains, karya ilmiah sampai kontes memasak. Untuk mengikuti ajang tingkat internasional, sebelumnya mereka disaring lewat serangkaian seleksi berjenjang mulai tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi dan nasional (рuѕаtрrеѕtаѕіnаѕіоnаl.kеmdіkbud.gо.іd).
Sepanjang 2024, prestasi pelajar Indonesia level internasional juga kerap dirilis lewat instagram @puspresnas. November dulu, pelajar Indonesia memboyong 15 medali di ajang karate di Almere, Belanda. Pada September, sejumlah pelajar menjangkau medali di International Olympiad in Informatics di Alexandra, Mesir dan WorldSkills Competition di Lyon, Prancis. Sebelumnya, pada Agustus, sejumlah pelajar memboyong medali Olympiad on Astronomy and Astrophysics di Vassouras, Brazil.
Geliat pelajar berprestasi di kancah internasional pasti membanggakan. Ini bukan suatu kebetulan. Tetapi, prestasi kondang diseluruh dunia itu merupakan buah dari perjuangan dan pemberian sistemik yang terkondisikan. Yang terang lagi, menggeliatnya pelajar berprestasi level internasional ini mengindikasikan bahwa kesanggupan pelajar Indonesia tidak kalah ahli dibandingkan pelajar mancanegara.
Cаwе-саwе Guru

Percayalah, di luar pelajar-pelajar ahli yg berprestasi mendunia, masih bertebaran pelajar bertalenta emas dari banyak sekali pelosok Tanah Air. Hanya, bakat mereka kemungkinan belum terorbit alasannya yaitu masih terbiar tiarap di balik bangku-bangku ruang kelas. Jika berharap pelajar berprestasi kondang diseluruh dunia selalu menggeliat, talenta-talenta emas pelajar yg masih terlelap tidur di bangku-bangku sekolah mesti dibangunkan.
Kuncinya, siapa lagi jika bukan guru yg menjadi garda depan dalam mengorbitkan bakat siswa. Syahdan, di balik siswa yang hebat, di situ ada sentuhan tangan guru yang ahli pula. Maka, bagi melejitkan bakat emas para pelajar yang masih tiarap, di sini cawe-cawe guru menjadi sesuatu yg urgen dilakukan.
Dalam kaitan ini, cawe-cawe guru jangan ditafsirkan negatif layaknya cawe-cawe dalam ranah yg yang lain. Di sini, cawe-cawe konteksnya terkait keterlibatan guru dalam menginspirasi, membimbing, mengawal, dan menyediakan sentuhan pedagogis terhadap siswa. Dengan demikian, cawe-cawe yang dijalankan sang guru bisa menghasilkan bakat siswa meningkat optimal dan еndіng-nya berbuah prestasi membanggakan.
Tengoklah sosok Jose Nerotou, siswa SD asal Papua yg videonya sempat booming di media sosial. Mengenakan seragam sekolah, bocah yang masih duduk di kelas 6 SD itu percaya diri memberi kuliah bahan kalkulus dengan cara gampang dimengerti di hadapan mahasiswa Universitas Cenderawasih. Usut punya usut, di balik kepiawaian Jose , ternyata ada sentuhan tangan sosok Profesor Yohanes Surya, begawan pendidikan yg telah mengorbitkan ratusan siswa menjangkau medali olimpiade matematika maupun fisika.
Fakta ini mengilustrasikan bahwa eksistensi sosok guru berperan sentral di balik keberhasilan mengorbitkan bakat siswa. Mungkin gambaran ini menimbulkan sanggahan alasannya merupakan sosok yang dijadikan rujukan yaitu Profesor Yohanes Surya yg telah kesohor kompetensinya. Bagaimana dengan guru-guru yg kapabilitasnya tidak sehebat Profesor Yohanes Surya? Apakah mereka bisa melejitkan bakat siswa yang berbuah prestasi?
Saya punya praktik baik –kalau boleh disebut demikian– ketika menjadi guru pembimbing siswa dalam melejitkan bakat di bidang karya ilmiah. Dengan ketelatenan dan proses pembimbingan yang аll оut, siswa yang secara akademik ‘biasa’ saja, ternyata bisa nasional dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan Puspresnas maupun Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang kala itu digelar Forum Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) –kini berjulukan Badan Riset dan Penemuan Nasional (BRIN).
Hampir setiap tahun, meskipun berasal dari sekolah di kota kecil, ada siswa yg terorbit menembus finalis nasional. Bahkan, ada pula yg karenanya memboyong medali juara nasional di еvеnt tersebut. Praktik baik ini membuktikan, guru ‘biasa’ pun sejatinya juga dapat melejitkan bakat siswa berkibar jadi prestasi. Percayalah, di pelosok negeri ini, masih banyak guru ‘biasa’ yg соnсеrn dalam mengorbitkan banyak sekali bakat siswa.
‘Petarung’ Prestasi

Menggeliatnya pelajar Indonesia menjangkau prestasi tingkat dunia harusnya membangkitkan para guru dalam melejitkan bakat siswa. Apalagi, bagi mempersiapkan generasi emas yg berkualitas, kompeten dan berdaya saing tinggi. Sangat dicari dan dinantikan kemunculan sosok guru yang bisa mencetak bakat siswa menjadi ‘petarung’ prestasi.
‘Petarung’ prestasi dalam konteks ini bukan memiliki arti mencetak penerima didik yg bernafsu dan kompetitif secara membabi buta. Bukan pula mencetak ‘petarung’ prestasi dengan cara-cara instan dan kaleng-kaleng. Sebaliknya, ‘petarung’ prestasi di sini mengarah pada penanaman huruf keberanian, ketangguhan, dan daya juang siswa di tengah situasi kehidupan yang serba kompetitif.
Siswa ‘petarung’ prestasi tidak akan bermunculan saat guru masih banyak terjebak dan tegak lurus dengan memosisikan реrfоrmаnсе selaku guru yang oleh Rhenald Khasali (2007) dikategorikan selaku guru kurikulum. Yaitu, sosok guru yang mengajar semata-mata cuma untuk menyanggupi permintaan kurikulum.
Yang terjadi kemudian, sosok guru kurikulum seperti ini terkesan apatis terhadap pengembangan beragam bakat siswa. Karenanya, jangan terkejut seandainya talenta-talenta emas yg dimiliki siswa karenanya terus tiarap di balik kursi sekolah. Ini terjadi karena siswa terlalu asyik mengikuti irama pembelajaran guru yg semata-mata berorientasi melahap dan memburu konten bahan pelajaran permintaan kurikulum.
Sebaliknya, bagi mencetak siswa ‘petarung’ prestasi dibutuhkan kemunculan sosok guru yang menurut Rhenald Khasali dikategorikan selaku guru inspiratif. Yaitu, guru yg tak hanya terpaku memburu permintaan kurikulum, namun juga memiliki orientasi pedagogis dengan menjinjing siswanya berfikir inovatif (mаxіmum tіhіnkіng).
Kehadiran sosok guru inspiratif sungguh dirindukan. Sebab, ilham dan sentuhan sang guru ini mulai membekas dan memancarkan energi pencetus kecerdasan anak didik. Bahkan, Ngainun Naim (2011) dalam bukunya Mеnjаdі Guru Inѕріrаtіf memaparkan, selain mendatangkan pencerahan, sosok guru inspiratif juga bisa mensugesti dan merubah jalan hidup siswa.
Semakin banyaknya pelajar Indonesia berprestasi di kancah internasional harusnya membangkitkan para guru bagi bergerak melejitkan bakat siswa menjadi ‘petarung’ prestasi. Begitu pula seandainya tidak mau talenta-talenta emas terus terlelap, sosok guru inspiratif mesti hadir di tengah-tengah penerima didik.

Muhіbuddіn рrаktіѕі реndіdіkаn, tіnggаl dі TulungаgungSіmаk jugа Vіdео ‘Pеmеrіntаh Gоdоk Prоѕеdur Bеаѕіѕwа S1 dаn D4 bаgі Guru’:

[Gаmbаѕ:Vіdео 20dеtіk]

ѕіѕwа bеrрrеѕtаѕіguru іnѕріrаtіfLoading...Hoegeng Awards 2025Baca cerita inspiratif calon polisi contoh di siniSеlеngkарnуа

Related posts

Menunggu Kebijakan Gres Peningkatan Jabatan Akademik Dosen

Juliana

Diplomasi Gowes

Juliana

Leave a Comment